Langsa– Pasca perjanjian damai Aceh antara gerakan Aceh merdeka dengan pemerintah republik Indonesia 19 tahun silam menyisakan perjuangan dalam mewujudkan Aceh gembira dan sejahtera.
‘Mengapa Aceh harus gembira dan Aceh harus sejahtera..?, berikut ulasan Ketua DPRK Langsa Maimul Mahdi, S.Sos, M.AP dalam menyambut 19 Tahun MoU Helsinki 15 Agustus 2024’,.
Perjanjian ini tidak hanya menghasilkan perdamaian, tetapi juga membawa harapan baru bagi masyarakat Aceh dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
Konflik yang berkepanjangan bagi masyarakat Aceh selama puluhan tahun hendaknya tidak lagi menyisakan luka dari hasil perjuangan, namun masyarakat harus bisa menikmati hasil perjuangan dengan penuh kegembiraan.
Dimana masyarakat harus mampu menghadirkan kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini akan terwujud bila pemerintah dari partai hasi perjuangan tersebut duduk dieksekusi maupun legislatif hingga kebijakan yang dilakukan semata-mata hanya untuk kepentingan masyarakat.
Nah, dengan begitu maka kegembiraan bagi masyarakat dapat kita wujudkan secara bersama tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Sebab kepentingan rakyat Aceh diatas segalanya demi melahirkan kegembiraan yang hakiki.
Saat masyarakat sudah bisa menikmati kegembiraannya, maka kesejahteraan akan terwujud dan berjalan hingga Aceh damai sepanjang masa sesuai harapan anak cucu kita kedepa.
Sejarah Hari Perdamaian Aceh sendiri berawal dari pendirian Gerakan Aceh Merdeka. Perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) terbentuk pada tahun 1976 di bawah kepemimpinan Muhammad di Tiro.
GAM bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bagi Aceh dan mengajukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia.
Terakhir, Maimul Mahdi mengajak seluruh elemen masyarakat Aceh secara bersama membangun dan merawat perdamaian Aceh dengan saling bahu-membahu hingga masyarakat gembira serta sejahtera. “Kita bangkit bersama untuk Aceh mulia”,. (*)
