Flora Fauna

Pisang Paling Populer di Dunia Bakal Menghilang, Ini Sebabnya

150
×

Pisang Paling Populer di Dunia Bakal Menghilang, Ini Sebabnya

Sebarkan artikel ini

Jakarta– Setiap tahunnya, manusia di seluruh dunia memakan lebih dari 100 miliar pisang. Sebagian besar pisang yang dikonsumsi adalah jenis pisang yang disebut Cavendish. Tapi, mungkin keberadaan pisang Cavendish tidak akan bertahan lama.

Penyakit jamur mengancam akan memusnahkan pisang Cavendish dari muka Bumi. Beberapa ilmuwan secara genetik memodifikasi buah ini agar lebih tahan terhadap penyakit.

Namun solusi terbaik terhadap masalah ini, menurut beberapa orang, adalah petani harus merombak total produksi pisang dan berhenti menanam hanya satu jenis buah saja.

Pisang Cavendish mendominasi pasar global

Terdapat lebih dari 1.000 jenis pisang, namun sekitar 47% yang dimakan manusia adalah pisang Cavendish (Musa acuminata). Cavendish mendominasi pasar pisang global karena beberapa alasan.
Pertama, pisang ini tahan terhadap beberapa penyakit utama yang mematikan pisang. Kedua, umur simpannya panjang. Ketiga, petani biasanya dapat menanam lebih banyak pisang Cavendish dibandingkan varietas lain di lahan yang sama.

“Karena semua alasan ini, Cavendish menjadi produk yang sangat praktis,” kata Dan Koeppel, penulis buku “Banana: The Fate of the Fruit That Changed the World,” dikutip dari Science Alert.

Namun, Cavendish terancam oleh jamur yang menginfeksi tanaman. Infeksi tersebut dinamakan Panama Disease (Fusarium wilt) tropical race 4 atau kerap disebut TR4.

Infeksi TR4 dimulai pada akar pohon pisang dan kemudian menyebar, yang pada akhirnya melumpuhkan kemampuan tanaman dalam menyerap air atau melakukan fotosintesis. Akibatnya, pohon itu mati.
Panama Disease adalah pembunuh pisang berantai
Apa yang terjadi pada pisang Cavendish telah terjadi sebelumnya pada varietas pisang populer lainnya yang disebut Gros Michel.

“Gros Michel adalah pisang ekspor utama pada paruh pertama abad lalu,” kata James Dale, profesor dan pemimpin program bioteknologi pisang di Queensland University of Technology.

Pendahulu TR4, yang disebut tropical race 1 (TR1), mulai menginfeksi pisang pada tahun 1876. Pada tahun 1950-an, penyakit ini telah menghancurkan pertanian Gros Michel, memaksa produsen pisang di seluruh dunia untuk mencari varietas baru.

“Pada tahun-tahun berikutnya, Cavendish menjadi pisang ekspor unggulan menggantikan Gros Michel karena kebal terhadap TR1,” tambah Dale.
Ilmuwan coba menyelamatkan Cavendish
Beberapa ahli patologi tumbuhan tidak percaya bahwa pisang Cavendish akan mengalami nasib yang sama seperti Gros Michel.

“Penyakit ini bergerak lambat, jadi kita punya waktu setidaknya satu dekade sebelum dampaknya drastis,” kata Dale.

Selain itu, banyak ilmuwan sedang mengerjakan Cavendish yang tahan TR4. Misalnya, Dale dan rekan-rekannya telah mengembangkan Cavendish yang dimodifikasi secara genetik yang disebut QCAV-4, yang menurut mereka kebal terhadap TR4.

Kelompok penelitian lain yang dipimpin oleh para ilmuwan di Cambridge University sedang menjajaki pencangkokan sebagai solusi yang mungkin.

Mencangkok jaringan dari satu tanaman ke tanaman lain dapat mengubah karakteristik tertentu dari tanaman tersebut, seperti membuatnya lebih tahan terhadap penyakit.

Tim lain di Taiwan Banana Research Institute sedang mencoba suatu bentuk seleksi alam. Tim mengambil bibit Cavendish dan memaparkannya pada TR4.

Sebagian kecil dari bibit yang paling baik kemudian dilanjutkan ke eksperimen tambahan yang pada akhirnya membantu Cavendish berevolusi menjadi resisten terhadap TR4, tanpa modifikasi genetik.

“Saya yakin akan ada solusi sebelum pasar ekspor Cavendish terkena dampak yang parah,” tambah Dale.

Namun beberapa ahli pisang berpendapat bahwa solusi seperti itu tidak akan berhasil dalam jangka panjang

Tidak ada solusi tunggal
“Memang benar ada beberapa penolakan, tapi menurut saya saat ini, tidak ada seorang pun yang mampu memecahkan masalah ini. Jawabannya adalah berakhirnya monokultur. Jawabannya beragam,” kata Koeppel.

Ia berpendapat bahwa mengganti kultivar pisang yang ada saat ini dengan varietas baru yang tahan penyakit adalah solusi jangka pendek karena jamur juga dapat menghasilkan strain baru yang lebih kuat di masa depan.

Solusi sebenarnya adalah memproduksi dan menjual lebih dari satu varietas pisang secara massal karena semakin beragam genetik pisang, semakin kecil kemungkinan pisang tersebut rentan terhadap penyakit, katanya.

Ditambah lagi, menurut Koeppel, hal ini juga akan mengurangi ketergantungan manusia terhadap satu jenis pisang.

Dale, sebaliknya, tidak begitu yakin. “Harga adalah pendorongnya. Penjualan pisang di negara saya, Australia, kebanyakan orang akan membeli Cavendish karena harganya murah,” ujarnya.

Ia menyebutkan, memperkenalkan lebih banyak variasi pisang tidak hanya akan menaikkan biaya tetapi juga memerlukan perombakan besar-besaran dalam cara kita mengangkut pisang. “Karena Anda tidak bisa menyimpannya di freezer untuk waktu yang lama seperti apel,” kata Dale.

Pasar ekspor, lanjut Dale, bergantung pada pemanenan pisang Cavendish hijau dan kemudian proses pemasakan dengan gas etilen. Hal ini dilakukan selama pengangkutan dan dikontrol dengan sangat ketat serta disesuaikan dengan kondisi Cavendish.

“Jika ada beberapa varietas pisang yang diekspor maka hal tersebut akan terjadi. Kemungkinan besar masing-masing buah memerlukan kondisi pemasakan tertentu. Dan tentu saja harganya akan meningkat,” ujarnya.

Tampaknya tidak ada solusi tunggal untuk masalah tersebut yang berhasil sejauh ini. Mungkin sejarah akan terulang kembali dan Cavendish tidak lagi menjadi pilihan pisang terpopuler dalam waktu dekat.

Sumber : detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *