BANDA ACEH – Setelah merantau selama delapan tahun di Ibu Kota, Fajrin Dedi (29) akhirnya kembali ke tanah kelahirannya, Desa Tutong, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Tak hanya sekadar pulang, pemuda yang kini dikenal dengan sapaan “Aceh” ini membawa misi mulia: memberikan cukur rambut gratis untuk warga di sepanjang perjalanan pulangnya.
Dengan sepeda sebagai satu-satunya alat transportasi, Fajrin menempuh jarak sejauh 2.295 kilometer dari Depok menuju Aceh. Langkahnya ini menjadi simbol dari semangat Gerakan Aceh Mencukur (GAM), yang ia gagas sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat.
Berangkat sejak 26 Oktober 2024, Fajrin memperkirakan perjalanan tersebut akan memakan waktu hingga dua bulan. Selama itu, ia berencana singgah di berbagai daerah, berbagi keahliannya dengan memberikan layanan cukur rambut gratis kepada masyarakat setempat.
Perjalanan panjang ini bukan hanya sekadar pulang kampung bagi Fajrin. Sebuah impian yang selama ini tertanam akhirnya terwujud. Di tengah kerasnya kehidupan di ibu kota, Fajrin bertekad untuk kembali ke kampung halamannya dengan misi sosial yang bermakna.
Mengawali perantauannya ke Jakarta pada 2016, Fajrin berharap dapat menemukan pekerjaan. Namun, realitas tak seindah angan. Kesulitan mencari pekerjaan memaksanya mempelajari keterampilan mencukur rambut. Usaha pangkas rambut yang ia bangun pun sempat gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Meski begitu, semangat Fajrin tak pernah padam. Ia melanjutkan profesinya dengan bekerja di tempat cukur milik orang lain.
“Awalnya, saya hanya ingin mencari pengalaman, tapi akhirnya menemukan ketenangan dengan bersepeda dan menjelajahi tempat-tempat baru,” ujar Fajrin saat dihubungi melalui Instagram pada Senin (28/10/2024).
Fajrin pun pernah bersepeda hingga ke Sulawesi dan bahkan menjelajahi beberapa negara di Asia Tenggara. Dari setiap perjalanan, ia menyadari bahwa hobi dan profesinya sebagai tukang cukur mampu membuka pintu-pintu baru bagi kehidupannya. Selain mengasah keterampilan, ia juga bisa mendengar cerita, memahami kebudayaan, dan berbagi dengan orang-orang yang ia temui di sepanjang jalan.
Perjalanan Fajrin bukan sekadar perjalanan fisik; ini adalah perjalanan jiwa yang menggugah semangat dan nilai-nilai kebersamaan. Melalui aksi sederhana ini, Fajrin menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.(*)