Headline

Tarawih Saat Nyepi di Bali: Gelap Gulita, Jamaah Dibatasi

159
×

Tarawih Saat Nyepi di Bali: Gelap Gulita, Jamaah Dibatasi

Sebarkan artikel ini

Umat muslim di Bali menjadi bukti nyata toleransi. Mereka melaksanakan salat tarawih pertama, Senin (11/3/2024), dengan suasana hari raya Nyepi. Ya, tarawih pertama pada bulan Ramadan tahun ini berbarengan dengan hari raya Nyepi.

Saat Nyepi, seluruh masyarakat di Pulau Dewata tidak diperkenankan keluar rumah.Umat muslim diimbau untuk tarawih di rumah atau di masjid/musala terdekat.

Salah satunya salat tarawih yang dilaksanakan di masjid adalah di Masjid Agung Asasuttaqwa Kampung Bugis, Tuban, Kuta, Badung.

Salat Tarawih di masjid itu dilakukan dengan kondisi gelap gulita. Itu menyesuaikan dengan salah satu larangan menyalakan penerangan saat hari raya Nyepi.

Yakni, amati geni. Amati geni merupakan larangan menyalakan api atau lampu saat perayaan Nyepi, termasuk api yang ada dalam diri manusia, seperti kemarahan, iri hati dan pikiran yang tidak baik.

Tujuan dari Amati Geni adalah pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka.

Tiga larangan lain saat hari raya Nyepi adalah amati karya atau larangan melakukan kegiatan fisik/kerja, Amati Lelungan yang artinya umat Hindu dilarang bepergian atau keluar rumah saat Nyepi dan mengutamakan beribadah dan perenungan.

Kemudian, Amati Lelanguan, yakni dilarang menikmati hiburan atau rekreasi yang bertujuan untuk bersenang-senang. Pantauan detikBali di lokasi, masjid tersebut melaksanakan salat Isya dan Tarawih sekitar pukul 20.05 Wita.

Saat umat muslim Kampung Bugis melaksanakan salat, di luar tampak beberapa pecalang dari Desa Adat Tuban, yang ikut berjaga demi kelancaran dan keamanan ibadah Tarawih.

Saat jemaah sampai di masjid, mereka bersalaman dengan pecalang-pecalang yang berjaga-jaga. Ketua Takmir Masjid Agung Asasuttaqwa, Sidik, menuturkan salat Isya dan tarawih tadi malam justru terasa lebih khidmat dan khusyuk.

“Khusyuk, karena nggak banyak (jemaah), jadi imam dan shaf di belakang lancar nggak ada masalah,” ujar Sidik saat ditemui seusai salat Tarawih, Senin (11/3/2024).

Sidik menyatakan saat Nyepi pengelola masjid tidak membuka masjid untuk pelaksanaan salat Isya tarawih. Salat berjamaah tadi malam itu hanya duperuntukkan bagi pengurus masjid dan warga terdekat.

“Karena khusus malam ini (Nyepi) yang umum sudah kami tutup khusus pengurus saja. Pengurus 10 orang,” katanya.

Sidik menyebut pembatasan bagi jemaah dan tidak ada penerangan saat tarawih yang berbarengan Nyepi sudah biasa terjadi di Tuban, khususnya Kampung Bugis. Sebab, toleransi umat beragama di desa ini sudah terjadi turun temurun dari nenek moyang mereka.

“Kalau kami ada Idul Fitri yang menjaga pecalang, kalau Idul Fitri kan meluap jemaahnya. Jadi kami dijaga oleh pecalang, jadi turun temurun Kampung Bugis ini sudah berapa abad sudah di sini,” kata Sidik.

Sumber: Detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *